THE REAL DIARY OF A TIME TRAVELER

CHAPTER 5: SECRET IDENTITY - 9.Cinta Dewa dan Putri



D
ewa dan Putri memarkir kedua mobil mereka itu pada pelataran parkir RSJ, lalu bersama-sama dengan anak-anak yang lain mereka memasuki RSJ.
Mereka menuju ke bagian informasi untuk bertanya tentang ibunya Dhany.
“Maaf mbak, kalau Ibu Suminah ditempatkan di ruang berapa ya..?” tanya Dhany pada perawat di bagian informasi itu.
“Ibu Suminah yang mana ya…?”
“Yang dimasukkan ke sini sekitar enam belas tahun yang lalu…” ujar Dhany.
“Sebentar ya…” Perawat itu mencari-cari data tentang Ibu Suminah pada komputernya.
“Ada..pasien yang bernama Suminah. Tapi sebelumnya adek-adek ini siapa ya..?”

 “Saya ini anaknya Sus…” ujar Dhany.
Perawat itu mengernyitkan dahinya, lalu melihat pada layar komputernya “Tapi, Disini disebutkan…Ibu Suminah ini menderita stress berat karena percobaan pembunuhan dan anaknya bayinya yang hilang diculik…”
Dhany tersenyum “Sayalah anak bayi yang hilang diculik itu, Suster..”
          Suster agak terkejut juga “Sebentar ya…” Suster perawat itu lalu berbicara lewat intercom-nya
“Halo..Dokter Hery..? iya pak ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Bu Suminah.., Itu Pak , pasien yang sudah dirawat selama enambelas tahun disini. Dia mengaku sebagai anaknya yang dulu hilang..iya Pak iya..”
Perawat itu meletakkan intercom-nya dan menoleh pada Dhany dan teman-teman segengnya “Tunggu sebentar..Dokter Hery yang merawat Bu Suminah akan kesini untuk bertemu, silahkan duduk dulu di ruangan tunggu..”
Lalu mereka semua menunggu di ruang tunggu, tak lama kemudian seorang Dokter berumur limapuluhan berjalan mendekati mereka.
“Keluarganya Bu Suminah…??” tanya Dokter itu.
Dhany langsung berdiri “Saya anaknya Dok…”
“Apa kamu anaknya yang dulu hilang…?” tanya Dokter itu.
Dhany mengangguk
          Dokter itu menghela nafas “Saya sudah menangani Bu Suminah mulai dari sejak dia dimasukkan disini enam belas tahun yang lalu, dan selama itu tidak pernah ada seorang keluarganya pun yang datang berkunjung…., makanya kalau sekarang ada yang mengaku-ngaku sebagai anaknya…”
“Saya sendiri baru hari ini mengetahui kalau ternyata Bu Suminah adalah ibu kandung saya Dok..” ujar Dhany memotong pembicaraan Dokter yang bernada curiga.

          Dokter itu menatap Dhany, tampaknya sedang mempertimbangkan sesuatu.
“Saya cuma ingin bertemu dengan Ibu saya Dok…, Ibu yang tidak pernah saya lihat selama ini…” tandas Dhany berusaha meyakinkan Dokter itu.
“Hmmhhhh., baiklah kamu saya ijinkan bertemu dengan Bu Suminah, tapi saya akan mendampingi kamu. Saya khawatir nanti setelah kamu mengaku sebagai anaknya dia akan tambah terguncang…”
Dhany dan anak-anak yang lain tersenyum senang.
          Lalu mereka pun berjalan mengikuti Dokter Hery ke arah kamar Bu Suminah. Di sepanjang koridor RSJ itu mereka sesekali melihat ke dalam pintu kamar pasien lain yang pada bagian tengah atasnya terbuat dari kaca kecil berukuran selebar buku tulis biasa. Sehingga dari luar kita bisa melihat ke bagian dalam kamar itu.
         Dhany dan gengnya itu tidak menyangka kalau ternyata banyak juga orang yang menghuni RSJ ini, kasihan sekali orang-orang itu. Beban hidup mereka pastilah sangat berat sehingga mereka jadi gila.
Pada salah satu kamar itu, Dokter Herry menghentikan langkahnya.
“Disini kamarnya…” ujar Dokter Hery sambil membuka kunci kamar itu. “Tolong jangan terlalu ribut..”

          Di dalam kamar itu, seorang wanita setengah baya duduk di kursinya di depan jendela yang berada persis di samping tempat tidurnya. Pandangannya terlihat kosong, tanpa semangat hidup. Raut wajah wanita itu terlihat jauh lebih tua dari umurnya yang sebenarnya.
Dhany memandangi wanita malang yang merupakan ibu kandungnya itu dengan pandangan sedih. Dhany berjalan mendekat ke samping kursi wanita itu. Sementara anak-anak yang lain cuma melihatnya saja, begitu juga dengan Dokter itu.
Dhany berlutut di samping kursi Ibu kandungnya itu sambil memegang tangannya
“ Bu…, ini Dhany Bu.., anakmu…”
          Tak ada jawaban, Ibu kandung Dhany itu cuma terus menatap ke arah luar jendela dengan pandangan kosong.
“Bu…, ini Dhany datang Bu…” panggil Dhany sekali lagi dengan suara yang agak serak karena menahan tangisnya.
Tetap tak ada reaksi sama sekali. Anak-anak lain yang melihatnya sampe ikut-ikutan sedih, Dokter itu Cuma menggeleng-gelengkan kepalanya “ Bu Suminah selama disini tidak pernah bicara sepatah katapun…..”
Dhany dan Anak-anak yang lain menoleh “Sepatah kata pun..??”

          Dokter itu menghela nafasnya “Sebenarnya waktu pertama kali dimasukkan disini dia sering meracau tak karuan tapi itu hanya beberapa hari saja. Karena setelah itu sampai sekarang dia tidak pernah berbicara sedikitpun.”
“Apa saja yang dikatakannya waktu itu Dok..?” tanya Dhany.
“Kalau tidak salah tentang percobaan pembunuhan terhadap dirinya dan penculikan bayinya yang baru saja lahir….” Ujar Dokter itu “Tunggu…., kalau tidak salah dia juga pernah meracau tentang wanita lain yang senasib dengannya juga..”
“Wanita lain…?” tanya Dhany.
          Dokter itu mengangguk “Iya.., katanya waktu itu di rumah sakit, di sebelahnya ada ibu-ibu yang melahirkan bayi kembar non-identik (tidak serupa) laki-laki dan perempuan, kedua bayi yang baru saja dilahirkan itu juga hilang diculik. Sebentar …siapa ya nama kedua…bayi..itu…, kalau tidak salah nama kedua bayi itu…, Nggg.., Dewa…dan Putri…!!!”
DEG…!!!!
          Kontan seluruh anak-anak yang lain pada mendelik kaget dan menoleh ke arah Dewa dan Putri yang  sedang saling berpandangan.
Keduanya tidak mampu berkata-kata lagi, perasaan kedua sudah benar-benar nggak karuan. Ternyata kekasih mereka selama ini adalah saudara kandungnya sendiri.
          Dewa langsung terduduk lemas di atas ranjang, sedangkan Putri langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis tersedu-sedu.
Dokter itu tak urung bingung juga melihat reaksi Putri dan Dewa
“Tu..tunggu dulu jangan-jangan…kalian berdua ini…adalah kakak adik kembar itu??!!.”
          Febby merangkul Putri yang masih terisak-isak “Mereka berdua selama ini sepasang kekasih Dok..”
“Mereka baru mengetahui kalau ternyata mereka adalah kakak dan adik dari cerita dokter tadi…” ujar Sisca.
Dokter itu menggeleng-gelengkan kepalanya “Ya…ampun…!!!”

          Setelah agak beberapa lama di RSJ itu, sorenya mereka langsung pulang ke Jakarta. Dhany sudah mengatakan pada Dokter itu kalau doi akan terus mengunjungi Ibunya itu, sampai dia benar-benar sembuh. Sedangkan Dewa dan Putri selama perjalanan pulang tidak saling berbicara sepatah katapun. Mereka berdua benar-benar lagi Shock berat, setelah mengetahui kenyataan kalau mereka berdua ini sebenarnya adalah sepasang saudara kembar.
*****

          Pagi itu, Putri lagi duduk bareng ama teman-temannya di bangku taman sekolah. Sejak mengetahui masa lalu mereka, kini persahabatan diantara mereka semakin erat.
Nggak ada lagi istilah beranteman ama teman sendiri. Ketika lagi asik becandaan, Dewa yang baru aja datang langsung berjalan menuju ke arah mereka. Sikap Putri dan Dewa langsung jadi agak canggung setelah keduanya saling berpandangan. Biasanya kan langsung maen sosor aja, tapi sekarang hal itu nggak mungkin dilakukan oleh mereka lagi.
          Sambil berusaha untuk keliatan cuek Dewa langsung duduk di sebelah Putri “Put…., pulang sekolah temenin gue beli lagu yok…” ujar Dewa sambil merangkul pundak Putri.
Ketika Putri dan anak-anak yang lain memperlihatkan sikap terkejut, Dewa langsung nyeletuk santai “Mau ya…, lo kan adik gue…, Gimana sih..lo..”
Putri kaget mendengar ucapan Dewa barusan, begitu juga anak-anak yang lain. Lalu tak lama kemudian Putri tersenyum dan balas merangkul pundak Dewa dengan cuek.
“Boleh…, asal lo mo traktir gue makan-makan…, oke..?!!, soalnya lo kan kakak gue..”
“Makan-makan..??!!” seru Febby “Mau….!! Gue ikutan juga dong..”
“Gue juga…!!! Gue juga..!!” jerit anak-anak yang lain.
Putri dan Dewa saling berpandangan lalu mencibir bareng
“Traktir Jidat lo…!!! Bayar sendiri-sendiri dong…!!”
Lalu keduanya tertawa bareng…, disambut sorakan kecewa teman-temannya yang lain.

 

*****












Tidak ada komentar:

Posting Komentar