Pagi itu Dewa dan Shaden lagi
kejar-kejaran di luar kelas sambil lempar-lemparan kapur. Padahal sih hari ini
gilirannya Dewa, Shaden, Febby dan Sisca untuk piket. Febby dan Sisca sambil
dongkol abis ngeliat kecuekan mereka berdua. Pada waktu sedang kejar-kejaran, Dewa
melihat seseorang sedang berjalan menuju ke arah kelasnya. Orang itu adalah…..
“Dhany…lo
masih idup ye ??!!!” pekik Dewa sambil melemparkan kapur ke arah Dhany, dengan
entengnya Dhany menggerakkan kepalanya ke samping menghindari kapur terbang
itu. Dewa langsung berlari menuju ke arah Dhany
“Lo darimana aja maann, lama
nggak keliatan” Mereka berdua lalu ber-give me five.
“Gue nggak enak badan aja kok..”
jawabnya santai sambil ber-give me five sekali lagi dengan Shaden.
Dhany langsung menuju ke dalam kelas, Dewa dan Shaden mengikutinya dari
samping “Tau nggak..” celetuk Dewa “Padahal rencananya, gue ama anak-anak
bakalan melayat ke rumah lo kalau hari ini lo belon masuk juga..hihihi…”
“Ooooo…” jawab Dhany dengan nada datar. Dewa
jadi heran dengan sikap Dhany yang dingin itu. Shaden menepuk bahu Dhany “Lo
napa maan, kok lemes amat sih..??!!”
“Dibilangin gue nggak enak badan juga…” Dhany langsung ngeloyor ke arah
mejanya dan meletakkan tasnya, lalu menghempaskan pantatnya di atas bangku
dengan ogah-ogahan. Dewa dan Shaden saling berpandangan, mereka lalu duduk di
samping Dhany dan mengajak anak itu ngobrol ngalor-ngidul, tapi ditanggapi
angin-anginan aja oleh Dhany.
Berbagai cara mereka coba untuk
memancing Dhany agar merasa bergairah dan bersemangat, diajak ngomong serius
udah, diajak becandaan udah, digelitikin juga udah, tapi sia-sia aja. Hasilnya
mereka berdua malah diusir dari bangku Dhany, karena dianggap mengganggu.
“Sorry maann, gue masih nggak enak badan nih, mendingan lo pade jangan
gangguin gue dulu deh..”
Febby dan Sisca yang juga memperhatikan Dhany sedari tadi jadi ikut
heran. Tumben-tumbennya tuh anak bisa ngerasa nggak enak badan juga. Soalnya
diantara keempat cowok sableng itu yang tingkahnya paling heboh, cuek, ceria,
kekanak-kanakan dan hyperaktif justru si Dhany ini. Tapi hari ini
kok..beda??!!.
Lagipula kalau diperhatikan baek-baek,
muka tuh anak rada-rada pucet sekarang.
Dan bawaannya tuh anak dari tadi nggak
bersemangat mulu. Mungkin doi bener-bener lagi nggak enak badan ya.., pikir
Febby, Sisca, Dewa dan Shaden.
Waktu jam isturahat, Dewa, Putri dan anak-anak yang lain mengajak Dhany
ke kantin. Tapi si doi malah menolak dan memisahkan diri. Terang aja sikap Dhany
yang lain dari biasanya ini, mengundang tanya sohib-sohibnya.
“Si Dhany sakit apaan sih…” celetuk Peter
sambil mengaduk-ngaduk jus buahnya.
“Tau tuh…, tiap kali ditanyain.
Jawabannya nggak enak badan melulu…” ujar Shaden.
“Apa dia lagi ada masalah ya..??” tukas Putri.
“Bisa jadi sih..” tandas Dewa
mengiyakan.
“Nggak…gue rasa Dhany pasti bener-bener lagi sakit. Liat aja deh
tampangnya udah pucat banget..” tegas Milo.
Sisca mengangguk setuju “Tul. Gue rasa
mungkin aja sih, soalnya kan udah beberapa hari ini Dhany nggak masuk sekolah.
Pas dianya masuk, eh…mukanya pucat amat. Mungkin aja doi lagi dalam masa
penyembuhan…”
Dewa menghela nafas “Gue jadi khawatir
ama tuh anak..”
Anak-anak yang lain jadi ikut-ikutan
menghela nafas panjang.
Sepulang sekolah sikap Dhany pun masih
tetep aneh.
“Nggak…makasih Wa. Gue bawa mobil gue
sendiri, gue lagi ada urusan nih. Gue cabut dulu..” ujar Dhany datar ketika
ditanya mo ikut diantar pulang sama anak-anak yang lain pake mobil Dewa apa
nggak.
Selesai berkata begitu, Dhany langsung
tancap gas meninggalkan temen-temennya yang masih pada bengong di depan gerbang
sekolahan. Sikap Dhany yang dinilai agak berusaha menjaga jarak dengan
temen-temennya itu tak urung juga membuat temen-temennya semua kebingungan.
“Put..” celetuk Febby ketika mobil Putri
sudah meluncur di tengah jalan raya pada siang hari yang menyengat itu.
“Menurut lo, si Dhany itu sebenarnya lagi dalam masa penyembuhan dari
sakitnya apa lagi ada masalah pribadi ya..??!!”
Putri menghela nafasnya “I wish I
know…”
Ketiga cewek manis ini mecoba
menduga-duga penyebab keanehan sikap Dhany ini, tidak ada yang berkomentar
lebih lanjut lagi. Mereka semua larut dengan pikirannya masing-masing.
“Gue berhenti disini aja Put” seru Sisca tiba-tiba mengejutkan
temen-temennya yang lagi pada ngelamun sendiri.
“Kok turun disini..? Bukannya rumah lo
masih agak kesana dikit..”
“Nggak papa, kebetulan gue lagi mo
mampir dulu ke warung di daerah sekitar sini.”
“Oooo..ya udah deh” Putri lalu
menepikannya Mercy-nya ke dekat trotoar.
“Makasih ya Put..” ujar Sisca.
Putri mengangguk sambil tersenyum “Gue
langsung cabut ya..”
Sisca melambaikan tangannya pada mobil Putri
yang mulai bergerak maju “Hati-hati..!!”
Putri dan Febby mengeluarkan tangan
mereka dari jendela membalas lambaian Sisca, lalu memasukkannya lagi.
Sebenernya di dalam mobil tadi Sisca hampir aja kelupaan dengan pesen
Nyak untuk membeli sabun cuci yang hampir abis. Untung aja warungnya belon
kelewatan, Sisca langsung berjalan menuju ke arah warung kecil yang terletak di
tepi jalan itu sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Tapi tiba-tiba aja….
BRUUKKK…!!!
Doi ditabrak dari belakang ama anak
kecil yang lagi lari. Dua-duanya langsung terjatuh di atas trotoar.
“Woiii..kalau jalan liat-liat dong..!!!!” omel Sisca.
“Maaf..kak..maaf..!!” Anak kecil itu
terlihat ketakutan sekali. Sisca jadi heran.. apa doi keliatan sebegitu
galaknya ya..?? ampe anak singkong di hadapannya itu gemetaran ketakutan.
Penampilan anak itu terlihat The kill
and khumell sekali, bajunya lusuh, mukanya kotor banget udah gitu rambutnya
gimbal tak terurus. Anak itu memegang kerecekan dari totop botol,
kayaknya sih dia ini salah satu dari pengamen kecil yang biasanya terlihat
mangkal di perempatan jalan.
“Nggak papa kok dek, mbak nggak marah kok..” ujar Sisca halus. Tapi
sepertinya anak itu nggak memperhatikan kata-kata Sisca tadi, pengamen kecil
ini melihat terus ke arah belakang dengan tampang yang ketakutan. Tiba-tiba
dari ujung jalan terlihat dua pemuda bertampang sangar sedang berlari ke arah Sisca
dan anak kecil itu.
“Hoiiii..brengsek..!! jangan lari
lo..!!!” teriak salah satu pemuda itu.
Melihat itu, anak itu langsung lari
sekencang-kencangnya meninggalkan Sisca. Melihat itu semua Sisca langsung ngeh kalau
pengamen cilik itu sedang dekejar-kejar dua pemuda sangar yang kayaknya preman
daerah itu.
Dua pemuda itu berlari melewati Sisca sambil memaki-maki memanggil
pengamen cilik itu. Sisca melihat ketiga orang itu berlari semakin menjauh
sampai akhirnya tidak terlihat lagi ketika mereka berbelok di tikungan ujung
jalan yang menuju ke arah proyek bangunan.
Sementara itu anak kecil itu berlari semakin dalam ke proyek bangunan,
mungkin doi merasa bisa bersembunyi di salah satu bangunan-bangunan yang belum
jadi. Tapi keliatannya anak kecil itu nggak tau kalau jalan yang dia ambil
menuju ke arah jalan buntu. Doi baru menyadarinya ketika nyampe di depan tembok
tinggi dan di kanan kirinya cuma terdapat tumpukan bekas bahan-bahan bangunan.
Ketika doi akan berbalik untuk mengambil jalan
yang lain, kedua pemuda sangar itu telah menghadang jalannya.
“Mo kemana lo kampret..!!!!”
Dibentak kayak gitu. Bocah itu langsung
terduduk lemas karena gemetar ketakutan.
“Ja..ja..jangan bang.., jangan diambil…saya
belum beli makanan da..dari pagi..” sambil gemeter ketakutan bocah pengamen itu
memeluk erat-erat kantong bekas bungkus permen kopikonya yang berisikan recehan
hasil dari mengamennya di beberapa perempatan jalan dan bis-bis kota sejak pagi
tadi sampe siang ini.
“Ehhh..bangsatt..!!! mo nyari mampus
lo..” bentak salah satu preman itu.
“Kalau lo nggak kasiin gue gampar
lo…!!!!” Preman yang satunya lagi langsung melayangkan tendangannya ke arah
tubuh kerempeng bocah itu. Sepersekian detik sebelum kaki preman itu menghajar
tubuh mungil itu, tiba-tiba aja…..
BLETAAKKK..!!!!!
sebongkah batu sebesar kepalan tangan melayang
menghantam kepala preman itu dengan kerasnya dan langsung membuat preman itu
jatuh pingsan tepat di depan temannya yang satunya lagi.
“Haaahhh..!!!!” preman itu langsung
aja kaget. Spontan dia menoleh ke arah belakang, betapa terkejutnya dia ketika
melihat seorang cewek manis dengan rambut dikuncir kuda berlari ke arahnya
dengan kecepatan tinggi dan sebelum preman itu belon sempat berkedip sebuah
tendangan keras telah mendarat dengan telak di wajahnya.
Bocah pengamen itu sampe mangap lebar
melihat tubuh preman itu melayang kayak layangan putus sejauh sepuluh meter.
Tanpa memperdulikan kedua preman yang
sedang terkapar itu, cewek manis berkucir itu langsung berjalan menuju ke arah
bocah pengamen yang sedang terbengong-bengong melihat kejadian yang barusan
terjadi di depannya itu.
“Kamu nggak papa dek..??!!!” ujar cewek
manis dengan rambut berekor kuda kepada bocah kecil itu.
Lho…i..ini bukannya cewek galak yang
tadi gue tabrak? Pikir bocah itu.
“Mereka mo mengambil uangmu ya..?” tanya
cewek itu. Bocah itu Cuma mengangguk..
“Emang nih.., preman-preman kayak gini
kerjanya malakin orang terus. Sekali-sekali emang pantas dikasih pelajaran”
Lalu
cewek itu berlutut di depan bocah pengamen itu “Oh ya, dek.., namanya
siapa..??”
“O..o .otong..kak..”
“Hehehehe..lucu amat nama lo.., nama
kakak….Sisca, kakak tinggal di kampung seberang jalan ini. Kalau lain kali lo
digangguin ama preman-preman ini lagi, bilang aja ke kakak biar kakak
tonjok…..hehehe…”
Bocah pengamen yang bernama Otong itu memandangi cewek manis yang
bernama Sisca itu dengan pandangan takjub. Baru kali ini doi ngeliat ada cewek
yang pemberani dan jagoan seperti Sisca, padahal kalau diperhatikan body cewek
itu nggak gede kok, malah lebih keliatan langsing seperti cewek remaja pada
umumnya tapi kok bisa sekuat itu ya…..
Sisca melirik ke jam tangannya
“Waduh..kakak pergi dulu..ya, ada urusan nih”
Bisa diomelin Nyak nih kalau sabun
cucinya telat dikasiin, kan dari pagi tadi belon nyuci baju. Pikir Sisca. Lalu
doi berlari meninggalkan tempat itu.
“KAK SISCA…!!!!” pekik bocah itu ketika Sisca
hampir sampai di depan gerbang proyek bangunan. Sisca menoleh ke belakang.
“MAKASIH YA KAK…!!!!” Otong
melambai-lambaikan tangannya dari kejauhan.
Sisca tersenyum sambil membalas lambaian
tangan si Otong, lalu terburu-buru meninggalkan tempat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar