D
|
ewa dan Putri memarkir kedua mobil
mereka itu pada pelataran parkir RSJ, lalu bersama-sama dengan anak-anak yang
lain mereka memasuki RSJ.
Mereka menuju ke bagian informasi untuk
bertanya tentang ibunya Dhany.
“Maaf mbak, kalau Ibu Suminah
ditempatkan di ruang berapa ya..?” tanya Dhany pada perawat di bagian informasi
itu.
“Ibu Suminah yang mana ya…?”
“Yang dimasukkan ke sini sekitar enam
belas tahun yang lalu…” ujar Dhany.
“Sebentar ya…” Perawat itu mencari-cari
data tentang Ibu Suminah pada komputernya.
“Ada..pasien yang bernama Suminah. Tapi
sebelumnya adek-adek ini siapa ya..?”
“Saya ini anaknya Sus…” ujar Dhany.
Perawat itu mengernyitkan dahinya, lalu
melihat pada layar komputernya “Tapi, Disini disebutkan…Ibu Suminah ini
menderita stress berat karena percobaan pembunuhan dan anaknya bayinya yang
hilang diculik…”
Dhany tersenyum “Sayalah anak bayi yang
hilang diculik itu, Suster..”
Suster agak terkejut juga “Sebentar ya…” Suster perawat itu lalu
berbicara lewat intercom-nya
“Halo..Dokter Hery..? iya pak ini ada
seseorang yang ingin bertemu dengan Bu Suminah.., Itu Pak , pasien yang sudah
dirawat selama enambelas tahun disini. Dia mengaku sebagai anaknya yang dulu
hilang..iya Pak iya..”
Perawat itu meletakkan intercom-nya dan
menoleh pada Dhany dan teman-teman segengnya “Tunggu sebentar..Dokter Hery yang
merawat Bu Suminah akan kesini untuk bertemu, silahkan duduk dulu di ruangan
tunggu..”
Lalu mereka semua menunggu di ruang
tunggu, tak lama kemudian seorang Dokter berumur limapuluhan berjalan mendekati
mereka.
“Keluarganya Bu Suminah…??” tanya Dokter
itu.
Dhany langsung berdiri “Saya anaknya
Dok…”
“Apa kamu anaknya yang dulu hilang…?”
tanya Dokter itu.
Dhany mengangguk
Dokter itu menghela nafas “Saya sudah menangani Bu Suminah mulai dari
sejak dia dimasukkan disini enam belas tahun yang lalu, dan selama itu tidak
pernah ada seorang keluarganya pun yang datang berkunjung…., makanya kalau
sekarang ada yang mengaku-ngaku sebagai anaknya…”
“Saya sendiri baru hari ini mengetahui kalau
ternyata Bu Suminah adalah ibu kandung saya Dok..” ujar Dhany memotong
pembicaraan Dokter yang bernada curiga.
Dokter itu menatap Dhany, tampaknya sedang mempertimbangkan sesuatu.
“Saya cuma ingin bertemu dengan Ibu saya
Dok…, Ibu yang tidak pernah saya lihat selama ini…” tandas Dhany berusaha
meyakinkan Dokter itu.
“Hmmhhhh., baiklah kamu saya ijinkan
bertemu dengan Bu Suminah, tapi saya akan mendampingi kamu. Saya khawatir nanti
setelah kamu mengaku sebagai anaknya dia akan tambah terguncang…”
Dhany dan anak-anak yang lain tersenyum
senang.
Lalu mereka pun berjalan mengikuti Dokter Hery ke arah kamar Bu Suminah.
Di sepanjang koridor RSJ itu mereka sesekali melihat ke dalam pintu kamar
pasien lain yang pada bagian tengah atasnya terbuat dari kaca kecil berukuran
selebar buku tulis biasa. Sehingga dari luar kita bisa melihat ke bagian dalam
kamar itu.
Dhany dan gengnya itu tidak menyangka kalau ternyata banyak juga orang
yang menghuni RSJ ini, kasihan sekali orang-orang itu. Beban hidup mereka
pastilah sangat berat sehingga mereka jadi gila.
Pada salah satu kamar itu, Dokter Herry
menghentikan langkahnya.
“Disini kamarnya…” ujar Dokter Hery
sambil membuka kunci kamar itu. “Tolong jangan terlalu ribut..”
Di dalam kamar itu, seorang wanita setengah baya duduk di kursinya di
depan jendela yang berada persis di samping tempat tidurnya. Pandangannya
terlihat kosong, tanpa semangat hidup. Raut wajah wanita itu terlihat jauh
lebih tua dari umurnya yang sebenarnya.
Dhany memandangi wanita malang yang
merupakan ibu kandungnya itu dengan pandangan sedih. Dhany berjalan mendekat ke
samping kursi wanita itu. Sementara anak-anak yang lain cuma melihatnya saja,
begitu juga dengan Dokter itu.
Dhany berlutut di samping kursi Ibu
kandungnya itu sambil memegang tangannya
“ Bu…, ini Dhany Bu.., anakmu…”
Tak ada jawaban, Ibu kandung Dhany itu cuma terus menatap ke arah luar
jendela dengan pandangan kosong.
“Bu…, ini Dhany datang Bu…” panggil Dhany
sekali lagi dengan suara yang agak serak karena menahan tangisnya.
Tetap tak ada reaksi sama sekali.
Anak-anak lain yang melihatnya sampe ikut-ikutan sedih, Dokter itu Cuma
menggeleng-gelengkan kepalanya “ Bu Suminah selama disini tidak pernah bicara
sepatah katapun…..”
Dhany dan Anak-anak yang lain menoleh
“Sepatah kata pun..??”
Dokter itu menghela nafasnya “Sebenarnya waktu pertama kali dimasukkan
disini dia sering meracau tak karuan tapi itu hanya beberapa hari saja. Karena
setelah itu sampai sekarang dia tidak pernah berbicara sedikitpun.”
“Apa saja yang dikatakannya waktu itu
Dok..?” tanya Dhany.
“Kalau tidak salah tentang percobaan
pembunuhan terhadap dirinya dan penculikan bayinya yang baru saja lahir….” Ujar
Dokter itu “Tunggu…., kalau tidak salah dia juga pernah meracau tentang wanita
lain yang senasib dengannya juga..”
“Wanita lain…?” tanya Dhany.
Dokter itu mengangguk “Iya.., katanya waktu itu di rumah sakit, di
sebelahnya ada ibu-ibu yang melahirkan bayi kembar non-identik (tidak serupa)
laki-laki dan perempuan, kedua bayi yang baru saja dilahirkan itu juga hilang
diculik. Sebentar …siapa ya nama kedua…bayi..itu…, kalau tidak salah nama kedua
bayi itu…, Nggg.., Dewa…dan Putri…!!!”
DEG…!!!!
Kontan seluruh anak-anak yang lain pada mendelik kaget dan menoleh ke
arah Dewa dan Putri yang sedang saling
berpandangan.
Keduanya tidak mampu berkata-kata lagi,
perasaan kedua sudah benar-benar nggak karuan. Ternyata kekasih mereka selama
ini adalah saudara kandungnya sendiri.
Dewa langsung terduduk lemas di atas ranjang, sedangkan Putri langsung
menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis tersedu-sedu.
Dokter itu tak urung bingung juga
melihat reaksi Putri dan Dewa
“Tu..tunggu dulu jangan-jangan…kalian
berdua ini…adalah kakak adik kembar itu??!!.”
Febby merangkul Putri yang masih terisak-isak “Mereka berdua selama ini
sepasang kekasih Dok..”
“Mereka baru mengetahui kalau ternyata
mereka adalah kakak dan adik dari cerita dokter tadi…” ujar Sisca.
Dokter itu menggeleng-gelengkan
kepalanya “Ya…ampun…!!!”
Setelah agak beberapa lama di RSJ itu, sorenya mereka langsung pulang ke
Jakarta. Dhany sudah mengatakan pada Dokter itu kalau doi akan terus
mengunjungi Ibunya itu, sampai dia benar-benar sembuh. Sedangkan Dewa dan Putri
selama perjalanan pulang tidak saling berbicara sepatah katapun. Mereka berdua
benar-benar lagi Shock berat, setelah mengetahui kenyataan kalau mereka berdua
ini sebenarnya adalah sepasang saudara kembar.
*****
Pagi itu, Putri lagi duduk bareng ama teman-temannya di bangku taman
sekolah. Sejak mengetahui masa lalu mereka, kini persahabatan diantara mereka
semakin erat.
Nggak ada lagi istilah beranteman ama
teman sendiri. Ketika lagi asik becandaan, Dewa yang baru aja datang langsung
berjalan menuju ke arah mereka. Sikap Putri dan Dewa langsung jadi agak
canggung setelah keduanya saling berpandangan. Biasanya kan langsung maen sosor
aja, tapi sekarang hal itu nggak mungkin dilakukan oleh mereka lagi.
Sambil berusaha untuk keliatan cuek Dewa langsung duduk di sebelah Putri
“Put…., pulang sekolah temenin gue beli lagu yok…” ujar Dewa sambil merangkul
pundak Putri.
Ketika Putri dan anak-anak yang lain
memperlihatkan sikap terkejut, Dewa langsung nyeletuk santai “Mau ya…, lo kan
adik gue…, Gimana sih..lo..”
Putri kaget mendengar ucapan Dewa
barusan, begitu juga anak-anak yang lain. Lalu tak lama kemudian Putri
tersenyum dan balas merangkul pundak Dewa dengan cuek.
“Boleh…, asal lo mo traktir gue
makan-makan…, oke..?!!, soalnya lo kan kakak gue..”
“Makan-makan..??!!” seru Febby “Mau….!!
Gue ikutan juga dong..”
“Gue juga…!!! Gue juga..!!” jerit
anak-anak yang lain.
Putri dan Dewa saling berpandangan lalu
mencibir bareng
“Traktir Jidat lo…!!! Bayar
sendiri-sendiri dong…!!”
Lalu keduanya tertawa bareng…, disambut
sorakan kecewa teman-temannya yang lain.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar